Analisis Budaya Feminisme dan Politik pada Perjalanan Karir Miss Americana: Taylor Swift
Abstract
Taylor Swift telah menjadi sebuah fenomena baru di kalangan masyarakat selama lebih dari satu dekade. Eksistensinya sering kali dikaitkan dengan sifat manipulatif, respon yang dramatis, dan sejumlah pengaruh negatif lainnya. Melalui artikel ini, peneliti akan berupaya untuk memaparkan perjalanan karir dari Taylor Swift, dan memaparkan sejumlah sisi kelam yang mempengaruhi setiap perjalanan yang dilalui penyanyi asal Amerika Serikat itu, salah duanya adalah budaya feminisme dan politik. Perkembangan masyarakat yang semakin kompleks, serta transparan juga turut mendorong kedua budaya ini menjadi menarik untuk diteliti. Maka itu, dengan menggunakan metode kualitatif, artikel ini akan menggali secara mendalam sejumlah konflik yang terjadi pada film dokumenter tersebut, terkhusus mengenai aspek-aspek budaya yang menjadi fokus penelitian. Juga, melalui pendekatan psikoanalisis oleh Sigmund Freud, artikel ini turut membahas bagaimana hubungan antara karakter utama dengan diri dan pihak eksternal lainnya. Hasil dari penelitian ini menunjukan terdapat budaya maskulinitas toksik yang mempengaruhi diri Taylor secara signifikan selama satu dekade terakhir, tidak heran jika terdapat ambisi pada diri Taylor untuk menjunjung tinggi feminisme dari tahun ke tahun. Gerakan feminisme ini lah yang kemudian juga membawa Taylor untuk banyak terjun ke berbagai aspek kehidupan untuk menyuarakan suara politiknya, dan jutaan orang lain, akan keadaan masyarakat yang tidak ramah terhadap perempuan.
Keywords
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Blackmon, M., & Rosenbaum, C. (2018, October 8). Taylor Swift’s Instagram Post Has Caused A Massive Spike In Voter Registration. BuzzFeed News. https://www.buzzfeednews.com/article/claudiarosenbaum/taylor-swift-voter-registration-spike
Brown, A. (2016). She Isn’t Whoring Herself Out Like A Lot of Other Girls We See. In N. L. Fischer, S. Seidman, & C. Meeks (Eds.), Introducing the New Sexuality Studies (3rd ed.). Routledge.
Ellcessor, E. (2012). Tweeting @feliciaday: Online Social Media, Convergence, and Subcultural Stardom. Cinema Journal, 51(2), 46–66. https://doi.org/10.1353/cj.2012.0010
Flanagan, A., & Tsioulcas, A. (2019, July 1). Taylor Swift’s Former Label Big Machine Is Sold, Rankling The Star. NPR. https://www.npr.org/2019/07/01/737613627/taylor-swifts-former-label-big-machine-is-sold-rankling-the-star
Mukherjee, R., & Banet-Weiser, S. (2012). Commodity activism: Cultural resistance in neoliberal times. New York University Press.
Shank, G. (1995). Semiotics and Qualitative Research in Education: The Third Crossroad. The Qualitative Report. https://doi.org/10.46743/2160-3715/1995.2057
Valenti, J. (2014, November 11). Taylor Swift in The Blank Space Video is The Woman We’ve Been Waiting For. The Guardian. https://www.theguardian.com/commentisfree/2014/nov/11/taylor-swift-blank-space-video-woman-boy-crazy
Wilson, L. (2020, January 31). Miss Americana: Taylor Swift. Netflix.
Zaslow, E. (2011). Feminism, Inc.: Coming of Age in Girl Power Media Culture. Palgrave Macmillan.
DOI: https://doi.org/10.30998/vh.v5i3.6707
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2023 Nathan Marcellino, Fransiscus Xaverius Sri Sadewo
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
Sekretariat Pengelola:
Program Studi Desain Komunikasi Visual
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Indraprasta PGRI
Alamat : Kampus A Unindra, Gedung 1 lantai 2.
Jl. Nangka No. 58 C (TB. Simatupang), Kel. Tanjung Barat, Kec. Jagakarsa, Jakarta Selatan 12530
Telp. (021) 7818718 – 78835283 Fax. (021) 29121071
Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.